Minggu, 16 Agustus 2009

depresi

Apa Depresi Itu?
Depresi adalah penyakit suasana hati. Penyakit yang lebih dari sekadar kesedihan atau dukacita. Depresi adalah kesedihan atau dukacita yang lebih hebat dan bertahan terlalu lama. Ada berbagai penyebab depresi:
  • peristiwa dalam kehidupan sehari-hari
  • perubahan kimia dalam otak
  • efek samping obat
  • beberapa penyakit fisik
Kurang lebih 5-10% masyarakat umum mengalami depresi. Namun angka depresi pada Odha dapat mencapai 60%.
Menjadi depresi bukan tanda berjiwa lemah. Depresi tidak berarti kita ‘gila’. Kita tidak akan sekadar ‘mengatasi’ depresi; menanganinya membutuhkan bantuan. Jangan menganggap kita pantas menjadi depresi karena kita menghadapi HIV.
Apakah Depresi Penting?
Depresi dapat menyebabkan kita melupakan dosis terapi antiretroviral (ART), yang mengurangi kepatuhan. Depresi dapat meningkatkan perilaku berisiko yang menularkan HIV pada orang lain. Beberapa infeksi virus yang laten (‘tidur’) dapat menjadi aktif akibat depresi. Secara keseluruhan, depresi dapat mempercepat laju penyakit HIV. Dan depresi mengganggu kemampuan kita untuk hidup dengan bahagia.
Depresi sering diabaikan atau diremehkan. Banyak dokter yang menangani HIV belum terlatih untuk mengenal depresi. Depresi juga dapat disalahtafsirkan sebagai tanda penyakit HIV lanjutan.
Apa Tanda Depresi?
Gejala depresi berbeda-beda tergantung pada yang bersangkutan. Kebanyakan dokter mencurigai depresi bila pasien melaporkan bahwa dia merasa sedih atau kehilangan gairah untuk kegiatan sehari-hari. Kemungkinan kita depresi bila perasaan ini tetap berlanjut selama dua minggu atau lebih, dan kita juga mempunyai beberapa di antara gejala berikut:
  • Kelelahan atau merasa lamban dan lesu
  • Kesulitan konsentrasi
  • Masalah tidur
  • Merasa bersalah, tidak berharga, atau putus asa
  • Nafsu makan berkurang atau kehilangan berat badan
Apa Penyebab Depresi?
Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati HIV dapat menyebabkan atau memburukkan depresi, terutama efavirenz. Ada berbagai penyakit (mis. anemia atau diabetes) yang dapat menyebabkan gejala serupa dengan depresi. Begitu juga penggunaan narkoba atau alkohol, serta tingkat testosteron, vitamin B6 atau vitamin B12 yang rendah.
Odha yang juga terinfeksi virus hepatitis B atau C lebih mungkin mengalami depresi, terutama yang diobati dengan interferon.
Faktor risiko lain termasuk:
  • Perempuan
  • Kita sendiri atau keluarga mempunyai riwayat penyakit jiwa, penggunaan alkohol berlebihan atau narkoba
  • Kurang dukungan sosial
  • Belum mengungkapkan status HIV
  • Kegagalan terapi (ART atau lain)
Pengobatan untuk Depresi
Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi tradisional, dan/atau dengan pengobatan. Banyak obat yang dipakai untuk depresi dapat berinteraksi dengan obat antiretroviral (ARV). Dokter dapat membantu memilih terapi atau kombinasi terapi yang paling cocok untuk kita. Jangan coba mengobati diri sendiri dengan alkohol atau narkoba karena zat ini dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan masalah lain.
Perubahan pola hidup dapat memperbaiki depresi pada sebagian orang:
  • Olahraga teratur
  • Berjemur pada sinar matahari
  • Penanganan stres
  • Konseling
  • Tidur teratur
  • Relaksasi
  • Meditasi
Terapi tradisional
St. John’s Wort dipakai secara luas untuk mengobati depresi. Namun jamu ini berinteraksi dengan ARV. Jangan memakai St. John’s Wort bersama dengan ART.
Valerian atau melatonin dapat membantu tidur. Bila ada kekurangan vitamin B6 atau B12, suplemen vitamin ini dapat membantu.
Antidepresan
Kadang kala depresi sebaiknya diobati. Namun antidepresan (obat untuk depresi) dapat berinteraksi dengan ARV. Antidepresan harus dipakai dalam pengawasan dokter yang mengetahui mengenai ARV yang kita pakai. Ritonavir (suatu ARV golongan protease inhibitor, yang juga adalah bagian dari Kaletra/Aluvia) dan indinavir paling sering berinteraksi dengan antidepresan.
Antidepresan yang paling sering dipakai adalah obat dalam golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). Obat dalam golongan ini dapat menyebabkan kehilangan gairah dan fungsi seks, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, insomnia (sulit tidur), kelelahan, mual, diare, dan kegelisahan.
Obat dari golongan trisiklik menyebabkan lebih banyak efek samping daripada SSRI. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan sedasi (tenang berlebihan seperti dibius), sembelit, dan denyut jantung yang tidak teratur.
Beberapa dokter meresepkan perangsang jiwa (psychostimulant), obat yang dipakai untuk mengobati gangguan defisit perhatian (attention deficit disorder).
Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa pengobatan dengan DHEA (lihat Lembaran Informasi 724) dapat mengurangi depresi pada Odha.
Pengobatan depresi baru yang dikenal sebagai perangsang saraf vagus (vagus nerve stimulation/VNS) sudah disetujui di AS. Sebuah pembangkit listrik berukuran kurang lebih sama dengan jam tangan ditanam di bawah kulit dada. Alat ini mengirim sinyal pada bagian otak yang terkait dengan suasana hati dan kegelisahan.
Garis Dasar
Depresi adalah penyakit yang sangat umum pada Odha. Depresi yang tidak diobati dapat mengganggu kepatuhan terhadap terapi dan mengurangi mutu hidup.
Depresi adalah masalah yang mempengaruhi seluruh tubuh, dengan mengganggu kesehatan fisik, pikiran, rasa dan perilaku.
Semakin cepat kita periksa ke dokter, semakin cepat kita dapat merencanakan strategi yang sesuai untuk menghadapi masalah ini, yang sebetulnya adalah gangguan yang sangat nyata terhadap kesehatan.
Share:

0 komentar:

welcome to aprasetailmu.blogspot.com, anime&pendidikan,by:harlivia.blogspot.com,aboutweare.blogspot.com, kursilmu.wordpress.com, anime&pendidikan by apraseta

Ad


This Blog is protected by DMCA.com