Senin, 16 Maret 2009

Parsel Misterius Berhias Merah Hati

[ Senin, 16 Februari 2009 ]
Parsel Misterius Berhias Merah Hati
Oleh: Selfi Syarifah S.

Kurebahkan badanku di alas alas kapuk. Melepas penat dan lelahku karena seharian bekerja. Rasa kantuk mulai menyerangku dan aku pun mulai memejamkan mata. "Ryan....? , aku terperanjat dari tidur. Aku tak melihatnya disekelilingku. Di mana dia? Saat tidur pun, aku masih selalu diganggu olehnya. Oleh Ryan, Ryanku yang menghilang. Membawa semangat hidupku.


Jam di tanganku menunjukkan pukul 01.00. Kulihat diriku di cermin yang masih mengenakan pakaian kerja lengkap. "Oohh... Tuhan, aku lupa mengganti pakaianku". Mulailah aku beranjak seraya membereskan tas, setumpuk file kerja, sepatu, dan kunci mobil yang masih berserakan di sekitar ranjang.

Kupandangi lagi diriku di cermin. Namun, kali ini aku sudah mandi dan mengenakan baju tidur. Tapi, tetap tak ada bedanya. Sosok kuning langsat yang semampai, berambut panjang, dan sangat berantakan.

Sosok yang saat ini sedang kulihat di cermin, sama dengan sebelum nya. Tak ada semangat, meski tubuhku telah segar. Sangat berbeda jauh dengan sosokku yang terbingkai rapi bersama Ryan di sudut meja.

"Tuhan... di mana kau sembunyikan dia?" ujarku berbisik pelan. Hampir setahun ini aku tak bertemu dengannya, aku sangat merindukannya. Terakhir aku berbicara dengannya lewat telepon. Di suatu malam, di saat hujan deras mengguyur bumi ini tanpa ampun, suaranya menunjukkan kesedihan yang amat sangat. Entah apa yang terjadi. Dia enggan berterus terang. Setelah itu, aku tak lagi mendengar kabar beritanya. Berbagai upaya sudah aku coba untuk mencarinya. Tak ada hasil, semua nihil...

Sinar terik matahari menyilaukan mataku. Sudah pagi ternyata. Kurasakan jemariku masih menggenggam rapat pigura semalam. Sebentar saja kupandangi lagi foto mesraku dengannya.

"Semoga nanti kita bisa bersama lagi, Ryan..." Lekas kupajang kembali bingkai itu di tempatnya sekaligus kupersiapkan berkas-berkas untuk tayangan reportase hari ini. Semangatku hilang, tapi aku masih selalu menyimpan harapan.

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Hari ini aku bisa pulang agak awal dari biasanya. Kumanfaatkan hari ini dengan memanjakan diri. Setelah puas berbelanja dan berada di salon seharian, aku bergegas kembali ke rumah untuk beristirahat, sekadar merebahkan diri dan mengistirahatkan tubuhku.

Kupacu mobil dengan kencang, sekencang musik yang kuputar sepanjang jalan. Setiba di rumah, kutemukan selembar kertas merah hati berbentuk hati. "...I Love You... ", begitulah isi tulisannya.

Kutinggalkan kertas cantik itu di meja. Tanda tanya dan rasa penasaran yang besar menggelayuti pikiranku. "Ahh... Nggak mungkin... Cukup! Aku tak mau berangan-angan..!" Mana mungkin seseorang yang tega meninggalkanku tanpa kata tiba-tiba kembali begitu saja sambil membawa kenangan?

Aku pun beranjak menuju kamar. Sebuah parsel hati berhiaskan pita berwarna merah hati terpajang sangat manis dan cantik di atas alas kapuk. Benda itu mampu menarik perhatianku. Hatiku mulai tak tenang. Organ kecil di dadaku ini mulai berani berdetak kencang.

Kuperhatikan hiasan rotan itu dari atas hingga bawah. Lucu sekali. Kurasa, si empunya sangat mengenalku. Sebab, di dalam benda cantik itu ada berbagai jenis cokelat kesukaanku. Mulai cokelat biasa yang standar sampai cokelat hias isi berbagai rasa. Geli sekali melihatnya. Geli sekaligus penasaran. Aku berharap sekaligus tak berani berucap, takut kekecewaan yang kudapat.

Di antara berbagai cokelat yang tertumpuk rapi, perhatianku tiba-tiba tertuju pada satu kotak kecil. Saking kecilnya, kotak itu hampir tak terlihat di antara hiasan bunga dan boneka mini di sekelilingnya. Semuanya serba merah hati.

Setelah kubuka parsel manis tersebut, perlahan kemudian kubuka kotak misterius itu. Kulihat apa yang ada di dalamnya. Hatiku mencelos. Kulihat suatu benda yang kuidam-idamkan selama ini. Benda yang pasti juga didamba oleh semua wanita di dunia. Benda cantik itu berisi sepasang cincin emas putih. Penasaran dengan siapa pengirimnya, lekas-lekas kubaca suratnya.

"Maaf karena selama ini aku menghilang darimu. Aku tahu ini salah. Tapi, keadaanlah yang membuatku harus begini. Semuanya terjadi begitu cepat. Aku harus berbesar hati menghadapinya. Mungkin, menurutmu aku tega melakukan ini. Tapi, aku harus...! Hingga tiba saatnya, aku kembali melanjutkan yang tertunda. Saat ini, aku datang untuk memintamu. Arini Larasati...maukah kau menjadi pendamping hidupku selamanya...? With Love, Ryan Winata." (*)

Penulis adalah pelajar Universitas Bhayangkara Surabaya
Share:

0 komentar:

welcome to aprasetailmu.blogspot.com, anime&pendidikan,by:harlivia.blogspot.com,aboutweare.blogspot.com, kursilmu.wordpress.com, anime&pendidikan by apraseta

Ad


This Blog is protected by DMCA.com